Andre
terduduk lesu dibangku stadion, ketika wasit meniup peluit babak pertama usai.
Karena di papan skor terpampang bahwa timnas negaranya tertinggal 0 – 2 dari
lawannya. Bukan hanya dia yang tertunduk lesu, tapi orang – orang yang ada di
stadion juga merasakan hal serupa
seperti Andre, mereka yang berbondong – bondong mengenakan atribut kebesaran timnas
kesayangannya juga merasakan hal yang sama seperti Andre. Mereka yang ingin
melihat penampilan terbaik timnas kesayangannya, untuk saat ini harus merasa
kecewa. Karena penampilan timnas kesayangannya jauh dari apa yang mereka
harapkan. Bahkan orang – orang sampai ke pelosok negeri juga merasa kecewa
melihat penampilan timnas Negara ini bermain pada babak pertama. Kuping Andre
juga mendengar cacian dan makian dari para penonton yang tidak puas melihat penampilan timnasnya,
terlebih – lebih ada pemain yang melakukan kesalahan.
“ Pulang
sajalah Ndre “, ujar Fachri yang duduk
di sebelah Andre, memecah lamunan Andre. “ Nanti sajalah Ri,
pertandingan kan belum selesai “, jawab Andre. “ Tapi sepertinya kita bakalan
kalah Ndre “, balas Fachri dengan wajah sedikit pesimis. “ Kan masih ada babak
ke dua Ri, bola itu bundar sob, segalanya bisa terjadi “, jawab Andre tenang. “
Memang bola bundar Ndre, tapi melihat permainan
timnas kita yang loyo seperti ini, gimana mau menang sob…., bisa -bisa
kita dibantai sob….! “, kata Fachri. “ Aaaaaahhh…., payah kali kau Ri, baru
jadi penonton aja kau sudah putus asa melihat timnas kita kalah. Apalagi jika kau
jadi pemain, bisa-bisa kau izin pulang ditengah pertandingan “, jawab Andre
setengah mengejak Fachri. “ Aaaahhh…, bisa saja kau sob…! “, jawab Fachri,
dibarengi dengan tawa mereka berdua.
Wasit meniup
peluit, pertanda babak kedua dimulai. Andre dan Fachri pun kembali larut pada
pertandingan tersebut . Riuh penonton pun sedikit berkurang, tidak seperti ketika babak pertama dimulai. Tetapi stadion
tidak benar-benar sunyi, masih terdengar yel-yel mendukung timnas untuk segera
bangkit dari ketertinggalan. Celotehan-celotehan para penonton yang tidak puas
melihat permainan timnas kesayangannya juga masih terdengar,karena permainan
timnas kesayangannya tidak semakin membaik. Andre dan Fachri pun mengamati
jalannya pertandingan dengan seksama.
Peluit babak
kedua pun dibunyikan, menandakan
pertandingan usai. Papan skor pun menunjukkan angka 0 – 4, menandakan tuan
rumah kalah oleh tamunya. “ Aaaahhh….lihat sob…, gawang kita kemasukan 4 goal,
mendingan tadi kita pulang saja. Kalau kita sudah pulang tadi kita dah sampe rumah nih…!!! “, gerutu Fachri
kepada Andre. “ Iya-iya sob, gue juga sudah tahu…, engga usah dibilangin juga
kali “, balas Andre. “ Aaaahhh…, bisa aja loe ngelesnya.., kaya bajaj mau nyerempet bebek lagi nyeberang
aja, hahhahahhaha….”, balas Fachri, sedikit mengejek Andre. “ Namanya juga
pertandingan Ri, kemungkinannya hanya ada tiga. Yaitu menang, kalah atau seri
“, kata Andre, tidak mau kalah dengan Fachri. “ Aduh…, aduh…, kau ini ngeles
mulu dari tadi sob…, ya sudah, ayo kita pulang “, ajak Fachri. Andre pun segera
bangun dari tempat duduk nya, dan
bergegas untuk meninggalkan stadion.
Sebenarnya
perasaan Andre sama juga seperti perasaan Fachri dan penonton-penonton lainnya
yang kecewa, karena timnas kesayangannya
kalah. Tapi Andre merasa tak perlu melampiaskan rasa ke kecewaanya itu, dengan bersikap anarkis, seperti merusak
fasilitas-fasilitas umum, apalagi sampai menyebabkan korban jiwa. Nama nya juga
pertandingan ada kalah-ada menang, ada duka dan ada suka, serta ada yang
menangis dan ada yang tertawa.
Sebagai
penonton saja kita sudah kecewa melihat timnas kesayangan kita kalah. Apalagi
para pemain yang sudah bercucuran keringat, jatuh dan tak jarang mereka
meringis kesakitan karena tekel keras dari team lawan. Tentunya para pemain
akan lebih sangat kecewa, setelah hasil yang dia dapat ternyata kalah. Andre
berpikir, dia ditakdirkan hanya sebagai penonton. Yang tugasnya menyaksikan dan
mendukung para pemain berlaga, tanpa melakukan tindakan yang anarkis bila team
kesayngannya kalah.
Andre pun
meninggalkan bangku stadion, dan akan kembali lagi duduk dibangku stadion
sebagai penonton, untuk mendukung timnas kesayangan nya berlaga. Dari bangku stadion, andre menyanyikan
yel-yel untuk mendukung timnas
kesayangannya. Dari bangku stadion, Andre mendengarkan pujian dari para
penonton ketika team kesayangannya
menang . Dari bangku stadion, kerap juga terdengar cibiran-cibiran dari para
penonton ketika para pemain team kesayangannya bermain mengecewakan. Dari
bangku stadion jugalah Andre merasa semua orang dapat bersatu. Entah apa lagi
yang akan dialami oleh Andre dari bangku stadion. Menang atau kalah, tawa atau
tangis, suka atau duka.