Hati Deden masih panas
mendengarkan ucapan bapak setengah baya yang barusan duduk disebelah nya,
ditambah kemacetan kota yang memang bukan pemandangan aneh lagi. Mata Deden
sama sekali tidak berkedip mengamati bapak paruh baya itu ketika turun dari
bus, Deden pun masih terus mengamati kemana langkah bapak paruh baya itu sampai
tidak terlihat lagi karena laju bus yang semakin meninggalkan bapak paruh baya
itu. Sepertinya kejadian yang baru saja
dialami oleh Deden telah merubah semangatnya di pagi hari. Deden hanya
termenung dan mengamati sekitar bus dan
sesekali melihat pemandangan disekitar jalan menuju ke sekolah nya.
Deden masih ingat betul setiap
detail percakapannya dengan bapak paruh baya itu, masih terngiang-ngiang dalam
ingatannya bagaimana bapak paruh baya itu menanggapi sinis terhadap dirinya
yang mengaku belum pernah merokok.
Deden pun kembali mengingat
percakapannya dengan bapak paruh baya itu. Bapak paruh baya itu memulai
percakapan dengan Deden ketika ia melihat beberapa orang anak laki-laki dengan
berseragam sekolah dengan santainya merokok didalam bus. “ Kamu engga ngerokok
de….?”, Tanya bapak paruh baya itu. Deden pun menjawab dengan sedikit
melemparkan senyum kepada bapak paruh baya itu “engga pak, saya engga ngerokok…!”.
“Masa sih kamu engga ngerokok, anak-anak itu aja ngerokok, anak-anak itu kan
se-usia kamu”, sambil mengalihkan pandangannya ke anak-anak yang merokok itu.
Deden pun hanya tersenyum, karena ketika ingin menjawab, bapak paruh baya itu
segera melanjutkan pembicaraanya “Pasti kamu bakalan ngerokok deh, apalagi kamu
anak laki-laki, ntar pas lagi nongkrong sama temen-temen kamu ditawarin
ngerokok dengan ancaman engga bakalan ditemenin, kamu pasti juga bakalan merokok, apalagi pergaulan
anak-anak se-usia kamu sekarang ini….”.
Deden pun hanya diam dan sedikit
tersenyum dengan senyum yang sedikit
dipaksakan kepada bapak paruh baya itu. Deden memilih diam untuk menghentikan
percakapannya dengan bapak paruh baya itu, karena menurut deden sudah tidak
perlu lagi ia mengeluarkan sepatah kata lagi pada bapak paruh baya itu.
“Terkadang kita sering menilai
kebiasaan pergaulan banyak orang di masyarakat, untuk menilai seseorang. Dan
menganggap sinis apabila ada seseorang yang keluar dari kebiasaan tersebut, apalagi kebiasaan yang sering
terjadi di kebanyakan orang pada pergaulan masyarakat tersebut adalah kebiasaan
buruk. Seperti yang dialami Deden, ketika dianggap dengan sinis oleh bapak
paruh baya ketika ia mengaku tidak merokok. Deden-pun hanya bisa menahan
amarahnya di dalam hati dan dia hanya terdiam saja. Deden lebih memilih diam
karena ia sadar bahwa yang dikatakan bapak paruh baya itu tidak sepenuhnya
salah malah cenderung benar, bahwa yang kebanyakan terjadi dimasyarakat saat
ini memang seperti yang diutarakan bapak paruh baya tersebut.”
0 comments :
Post a Comment
Tolong Komentarnya ya gan....!!!