Ah…, dasar karbitan lu. Itulah
kata-kata yang sering gue dengar ketika gue harus berganti jersey dari jersey
merahnya si setan merah ke jersey putih abu-abu nya si nyonya tua. Ya…., gue
hanya bisa membalas nya dengan senyuman. Mereka hanya tau di satu pihak gue
dukung Manchester United dan di satu pihak gue dukung Juventus. Terserahlah apa
kata mereka , mereka mau ngomong apa. kalau kata peterpan dalam salah satu
lirik dilagunya “Hanya bisa bicara mereka tak beri jawaban”.
Emang engga boleh ya…, kalau kita
dukung dua team dari liga yang berbeda. Juventus dari liga Italia dan
Manchester United dari liga Inggris. Apa kita engga boleh dukung lebih dari
satu klub sepakbola. Ampuuunnn dahhhh…, Apa seorang The Jak Mania atau
Viking engga boleh mendukung klub-klub
sekelas Barcelona, Real Madrid, Juventus, Manchester United dan klub-klub besar
lainnya ?.
Gue suka si Nyonya Tua dari gue
kecil, tepatnya dari gue masih SD. Dari zaman-zaman pemain sekelas Zinedine
Zidane, Edgar Davids dan sang pangeran Juventus Alessandro Del piero
menari-nari dengan bola diatas rumput Delle Alpi sampai seorang Tevez, Vidal,
Pirlo membuat murung muka pemain lawan ketika meninggalkan Juventus Stadium.
Ketika Juventus harus turun ke
Serie B, gue pun masih setia dan masih bangga mengenakan kaos kebesaran Juventus.
Karena bagi gue waktu itu walaupun Juventus harus turun ke kasta Serie B, tapi
nama Juventus masih tetap besar. Juventus hanya semusim berada di Serie B, dan
kembali naik kasta ke Serie A yang merupakan habitast aslinya. Gue pun seneng
banget waktu itu sob…., karena Serie A adalah tempat yang pantas buat Juventus.
Gue masih tetap dukung Juventus
walaupun penampilannya masih labil dan angin-anginan. Seperti kata Ibu kita
Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” . Akhirnya Terang itu datang juga,
ketika tangan dingin seorang Antonio Conte yang merupakan salah satu legenda
Juventus, berhasil menyulap Juventus menjadi team yang superior dengan menjadi
jawara Serie A Italia tiga kali berturut-turut.
Kenapa gue suka Manchester United
?. Kecintaan gue dari team yang bermarkas di Old Trafford ini bermulai dari
ketidaksengajaan. Karena baju bola yang pertama gue miliki adalah baju
Manchester United dengan nama belakang nya Cole dan Sharp sebagai sponsor
dibagian depan jersey nya. Waktu pertama kali gue dibelikan baju bola tersebut,
gue engga tahu itu klub apaan sob…, nama nya juga anak masih SD kelas satu,
nurut aja gue ma orang tua gue, ketika do’i memilihkan baju dengan nama
belakang Cole. Pokoknya yang penting gue punya baju bola buat gue pake maen
bola dilapangan dekat rumah gue.
Akhirnya gue cari tahu sendiri,
pertama-tama yang gue cari tuh siapa sih, si Cole itu. Dan akhir nya gue
menemukan jawabannya. Ternyata Cole adalah seorang striker klub hebat di liga
Inggris yang bernama Manchester United dan mempunyai julukan The Red Devils
atau Si Setan Merah. Dan akhir nya gue mulai mengikuti
pertandingan-pertandingan Manchester United setiap minggu nya. Keren, aktraktif,
dan permainan menyerangnya membuat gue terhibur dan sekaligus jatuh cinta
kepada klub dari Manchester, Inggris tersebut.
Banyak bintang yang silih
berganti datang dan pergi, mulai dari Beckham, Cristiano Ronaldo dan
bintang-bintang lainnya. Tapi ada salah satu klub yang paling gue benci, yaitu
Real Madrid. kenapa gue benci klub itu, karena EL-Real selalu saja mengganggu
para pemain bintang Manchester United untuk berlabuh ke Santiago Bernebeu. Mulai
dari David Beckham, lalu Rud Van Nistelrooy, kemudian disusul dengan Gabriel
Heinze, dan terakhir mega bintang Cristiano Ronaldo. Akhir-akhir ini seorang
David De Gea juga dikaitkan dengan klub tersebut. Membuat gue sangat kesal
dengan klub tersebut.
Walaupun banyak pemain yang silih berganti dating dan pergi
dari Manchester United gue tetap cinta Manchester United. Karena yang gue suka
Manchester United nya bukan personal pemainnya. Walaupun Sir Alex sudah tidak
menukangi si Setan Merah lagi. Dan periode buruk di masa kepelatihan David
Moyes, yang enggak pernah ane bayangkan sebelum nya. Sampai era Van Gaal Dengan
pemain-pemain bintang nya, yang menurut ane masih angin-anginan. Tapi kembali
seperti kata Ibu kita Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang”, semoga gelap di
Old Trafford cepat-cepat menemukan terang nya.
Terusss…, apa gue engga boleh menjadi seorang Juventini dan
seorang Manchunian. Sebagai Juventini Gue pernah merasakan getir nya menjadi
seorang pendukung yang klub kesayangannya di cap bermain curang. Sebagai
Manchunian gue pernah merasakan di bilang kalau wasit tuh takut sama Fergie makanya
Manchester United selalu menang melulu. Tapi gue dengan bangga mau bilang Gue
Juventini dan Gue Manchunian. Walaupun kedua klub itu penuh dengan kontroversi.
Gue mau bilang Glory…, Glory…,
MANCHESTER UNITED dan FORZA JUVE.
0 comments :
Post a Comment
Tolong Komentarnya ya gan....!!!